Minggu, 23 Agustus 2015

Tangisan Hatiku

 Aku terdiam dalam kesunyian
Merenungakan kesalahan yang ku lakukan
Menyadari betapa keras hidup yang ku jalani
Aku menangis dengan sejuta penyesalan
Aku menangis dengan sejuta kekecewaan
Disaat aku terjatuh...
Tak ada orang yang mengulurkan tangannya
Disaat aku bersedih...
Tak satupun seseorang yang mau mengusap air mataku
Aku ingin menjadi manusia yang tegar...
Aku ingin menjadi seseorang yang tidak mudah putus asa..
Tetapi hatiku selalu berkata.. kalau aku sudah tak dapat lagi bertahan dari kerasnya hidup ini...
Hatiku selalu ikut menangis...
Disaat aku menangis karena menahan betapa beratnya cobaan yang ku hadapi
Tuhan...
Dengarlah tangisan hatiku ...
Lepaskan sejenak beban yang menghimpit hidupku ...
Agar aku dapat merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku dapatkan selama hidupku ...

Sabtu, 22 Agustus 2015

(puisi) Terdiam Tanpa Kata-kata

Terdiam Tanpa Kata-kata

Aku telah lama terdiam disini ...
Terdiam tanpa kata-kata
Yang tak bisa terucap ...
Terdiam bersama kertas putih
Yang belum berisi tulisan ...
Tak ada seorangpun
Yang menghampiriku
Aku bagaikan daun kering
Yang jatuh diatas tanah tandus ...
Seperti tak ada lagi harapan untuk hidup di dunia ini
Hanya angin yang berhembus
Yang mendengarkan suara hatiku ...
Aku merasa sendiri dalam keramaian,
Wahai.. burung-burung kecil ...
Bantulah aku ...
Untuk menyampaikan sejuta kata-kata
Yang terpendam dalam hatiku
Sadarkanlah aku ...
Yang berada dalam kesunyian
Berilah aku waktu ...
Untuk menggoreskan tinta kebahagiaan
Dalam kertas putih itu ...
Ajaklah aku ...
Untuk mengenal indahnya dunia ini

“seseorang yang pendiam, bukan berarti dia tidak berbicara.. melainkan dia selalu menunggu kesempatan untuk berbicara dan diajak bicara serta mengungkapkan perasaannya ketika dia berada dalam keramain.”

~Nur Rikza Achadiyah~